Senin, 18 Februari 2013

Biologi Fisika

Biologi Fisika (Mekanisme Energi yang Mempengaruhi Terjadinya Suhu Daun)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Manusia memiliki akal,pikiran, dan kehendak yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya di muka bumi ini. Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus memenuhi kebutuhan dasar seperti, makan, minum, bernafas, dan bereproduksi. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, manusia perlu berinteraksi dengan lingkungannya. Salah satu kebutuhan vital manusia yaitu bernafas. Manusia bernafas dengan oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Untuk menghasilkan oksigen, tumbuhan harus melaksanakan proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, yang dibutuhkan oleh tumbuhan yaitu karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil..Tumbuhan memiliki peran penting guna kelangsungan hidup manusia. Dalam hidupnya, tumbuhan mengalami pertukaran energi dengan lingkungannya Tentunya terdapat berbagai mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun. Untuk itu, penulis mengangkat topik ini sebagai bahan pembuatan makalah biofisik karena ini terkait dengan fisiologi tumbuhan pada cabang ilmu biologi dan prinsip- prisnsip perpindahan panas pada cabang ilmu fisika.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat penulis ambil dari latar belakang masalah di atas adalah
1.2.1 Bagaimana mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang dapat penulis ambil dari rumusan masalah di atas adalah
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mekanisme Pertukaran Energi Yang Mempengaruhi Terjadinya Suhu Daun
Transpirasi mendinginkan daun, pengembunan uap air atau es pada daun (berupa embun atau titik- itik es) melepaskan panas (kalor) laten pengembunan air ke daun dan lingkungannya. Radiasi yang datang akan memanaskan daun, tetapi daun memancarkan energi ke lingkungannya. Jika suhu daun berbeda dari suhu udara, akan terjadi pertukaran panas (kalor), mula- mula secara rambatan (yakni: energi molekul di permukaan daun bertukar dengan energi molekul udara yang bersinggungan) dan kemudian secara konveksi (yaitu: sejumlah udara yang dipanaskan akan memuai menjadi lebih ringan, kemudian naik dan turun lagi bila mendingin). Dalam pembahasan selanjutnya, gabungan antara rambatan dan konveksi disebut sebagai konveksi saja.
Jika suhu daun berubah, keadaan yang memang lazim terjadi, daun akan menyimpan atau melepaskan panas (kalor). Jika sehelai daun tipis menyimpan panas (kalor) dalam jumlah tertentu, suhunya akan naik dengan cepat; jumlah panas (kalor) yang sama yang disimpan dalam kaktus hanya sedikit saja yang menaikkan suhunya, namun kaktus tetap panas lebih lama. Untuk mudahnya, hanya akan diambil contoh daun yang berada dalam kesetimbangan dengan lingkungannya; artinya, pada suhu konstan. Sekitar 1 sampai 2% cahaya diubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis, dan jumlah yang kecil itu dapat diabaikan. Energi yang dihasilkan dari respirasi dan proses metabolik lainnya juga dapat diabaikan karena terlalu kecil. Pada keadaan tetap, ada tiga mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun, yaitu radiasi, konveksi, dan transpirasi.
A) RADIASI
Secara umum,radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut. Istilah ‘radiasi” pada umumnya dipergunakan untuk segala jenis hal ikhwal gelombang elektromagnetik. Tetapi dalam ilmu perpindahan panas kita hanya perlu memperhatikan hal ikhwal yang diakibatkan oleh suhu dan yang dapat mengangkut energi melalui medium yang tembus cahaya atau melalui ruang. Energi yang berpindah dengan cara ini diistilahkan panas radiasi.
Dilihat dari suhu daun, radiasi netolah yang penting. Radiasi neto adalah perbedaan antara radiasi yang diserap oleh suatu benda dan yang dipancarkannya.Persamaan neraca panas (kalor) untuk permukaan daun (semua nilai dapat dinyatakan dalam watt per meter persegi:W m-2):
Q + H + V + B + M = 0
Keterangan:
Q = radiasi neto ( positif bila daun melepaskan energi kurang dari radiasi yang diserap dari sekitarnya).
H = perpindahan energi panas (kalor) yang peka (termasuk rambatan dan konveksi; positif biola daun memperoleh energi panas (kalor) lebih besar daripada yang hilang).
V = fluks energi panas (kalor) laten; istilah dalam transpirasi (negatif saat air menguap;positif saat mengembun atau membeku).
B = penyimpanan energi panas (kalor) (positif saat suhu daun naik).
M = metabolisme dan faktor lainnya (positif saat panas (kalor) dihasilkan).
Pada suhu daun yang tetap dan metabolisme diabaikan:
Q + H + V = 0
Fluks energi radiasi yang diserap permukaan daun (Qabs, W m-2)
Qabs= eQv + eQth
Dengan:
eQv = jumlah radiasi yang diserap di bagian yang berfotosintesis secara aktif (W m-2)
eQth = jumlah radiasi (panas) yang diserap di luar bagian yang berfotosintesis secara aktif (W m-2)
e dan e= daya pancar (daya serap) daun dalam kedua daerah spektrum (tanpa satuan)
Radiasi neto di permukaan daun (Q;W m-2):
Energi yang dipancarkan oleh daun dikurangkan dari energi radiasi yang diserap (Qabs):
Q = Qabs + eδT4
Dengan :
e = daya pancar atau daya serap daun untuk radiasi gelombang panjang (termal); lazimnya kira-kira 0,95 untuk daun hidup, pada suhu normal.
δ = konstatnta Stefan-Boltzman
(5,670 x 10-8 W.m-2 K-4)
T = suhu mutlak
Sering persamaan di atas dituliskan sebagai berikut
Q = Is – rIs + Lenv - eδT4
Dengan :
Is = radiasi matahari yang diterima di permukaan daun (W.m-2)
r = koefisien pemantulan oleh permukaan daun (dalam pecahan desimal)
Lenv = radiasi gelombang panjang dari lingkungan di permukaan (W.m-2)
Daun menyerap radiasi tampak (cahaya) dan radiasi tak tampak (infra- merah) dari lingkungan sekitar dan memancarkan energi infra- merah. Jika daun menyerap energi radiasi lebih banyak daripada yang dipancarkannya, maka kelebihannya harus dibuang dengan cara konveksi atau melalui transpirasi, atau melalui kedua cara tersebut (bila tidak, suhu akan naik). Pada malam hari, daun sering memancarkan energi lebih banyak daripada yang diserapnya. Apabila suhu daun di bawah suhu udara, daun akan menyerap panas (kalor) dari udara dan mungkin dari air embun atau titik es di permukaannya. Ada tiga hal penting yang perlu diingat saat membahas radiasi neto dari sehelai daun:panjang gelombang yang diserap, seluruh spektrum radiasi yang dating, dan jumlah energi yang dipancarkan oleh daun.
Pertama adalah spektrum penyerapan oleh daun. Dari energi yang datang ke daun, sebagaian akan diteruskan, sebagaian dipantulkan, dan sebagian lagi diserap. Energi yang diserap bergantung pada spektrumnya. Daun yang disinari cahaya putih akan menyerap sebagian besar panjang gelombang biru dan merah, serta hijau. Tetapi, sinar hijau lebih banyak dipantulkan dan diteruskan, sehingga daun tampak berwarna hijau. Daun menyerap sedikit sekali bagian spektrum infra- merah dekat; spektrum itu lebih banyak diteruskan atau dipantulkan. Gambar 4.14 pada halaman 9 memperlihatkan spektrum penyerapan daun secara kuantitatif.
Kedua, sumber radiasi sangat beragam. Matahari dan filament lampu pijar memancarkan cahaya (bagian tampak dari spektrum elektromagnetik), karena suhu tinggi yang dipunyainya. Semakin tinggi suhu; puncak spektrum pancaran semakin bergeser ke arah biru, ini sesui dengn konsep Hukum Wien; persamaan yang menghubungkan keluaran spektrum (mutu spektrum) dengan suhu benda yangt disinari. Puncak energi cahaya yang dipancarkan (λmaks) bergeser menuju panjang gelombang lebih pendek bila suhu meningkat. Puncak ini dikalikan dengan suhu mutlak (T) sumber cahaya sama dengan suatu konstanta. Konstanta pergeseran Wien (w = 2897 μm.K) : λmaks T = w. Hukum Wien diterapkan pada rentang suhu yang lebar seperti ditunjukkan pada gambar B.4 di bawah.
Gamabar B.4 di atas menyatakan; spektrum pancar benda hitam dibandingkan dengan rentang yang luas dari berbagai energi pancar dan panjang gelombang. Spektrum itu dimiliki oleh semua radiator benda hitam sempurna. Perhatikan pergeseran puncak menuju panjang gelombang yang lebih panjang (hukum wien), mendatar kurva, dan menurunkan energi total (hukum stefan boltzman) dengan menurunnya suhu.
Suhu permukaan matahari jauh lebih tinggi daripada suhu filament pijar pada bola lampu, dan karena itu sinar matahari lebih kaya akan panjang gelombang biru dan hijau daripada sinar lampu pijar.
Radiasi matahari berubah lebih lanjut ketika melewati atmosfer. Sinar ultra- ungu banyak yang hilang, dan energi radiasi beberapa panjang gelombang dalam bagian merah jauh(lebih panjang dari 700nm, namun tampak) dan infra- merah diserap oleh atmosfer. Sebagian besar sinar ultra- ungu itu diserap oleh ozon di atmosfer bagian atas, dan pita infra- merah diserap terutama oleh air dan karbondioksida.
Kini, banyak tumbuhan yang dipakai dalam penelitian fisiologi ditanam di bawah sumber cahaya buatan, misalnya lampu neon, lampu pijar, dan lampu pelepasan berintensitas tinggi (HID) seperti lampu uap raksa, lampu natrium bertekanan rendah dan bertekanan tinggi, serta lampu halide logam. Masing- masing mempunyai spectrum(lihat gambar B.3) pancaran sendiri- sendiri yang diserap dengan cara berlainan pula oleh tumbuhan.
Semua benda pada suhu di atas nol mutlak memancarkan radiasi karena benda pada suhu biasa memancarkan sebagian besar infra- merah jauh, maka tumbuhan menerima radiasi ini dari seluruh lingkungannya, termasuk dari molekul udara. Jumlahnya dapat diukur (misalnya, 50%) dari radiasi total lingkungan.
Radiasi yang diserap tumbuhan ditentukan oleh spektrum serapan daun dan spektrum radiasi yang menyinari tumbuhan tersebut. Jadi. Persentase actual radiasi yang diserap amat beragam (karena spektrum pancaran dan spektrum serapan juga beragam), tetapi kira- kira sebesar 44 sampai 88% diserap pada keadaan biasa. Penyerapan itu besar bila tumbuhan disinari cahaya neon, karena daun menyerap dengan kuat sebagian besar panjang gelombang yang dipancarkan oleh tabung neon (cahaya tampak). Penyerapan banyak berkurang bila tumbuhan disinari lampu pijar dengan total energi setara, karena cahayanya kaya akan bagian spektrum infra- merah dekat yang memang diserap paling sedikit oleh tumbuhan.
Ketiga, tumbuhan dan semua benda lain memancarkan energi radiasi pada bagian spektrum infra merah jauh. Jumlah energi yang dipancarkan dapat dihitung dengan menggunakan Hukum Stefan- Boltzmann. Hukun ini menyatakan bahwa semua benda dengan suhu di atas nol mutlak memancarkan energi cahaya (radiasi panas),jumlah energi (Q) yang dipancarkan merupakan fungsi dari daya keempat dari suhu Kelvin (mutlak) dari permukaan pemancar, menurut Hukum Stefan Boltzmann:
Q = eδT4
dengan: Q = jumlah energi yang dipancarkan
(dalam Joule atau kalori, menggunakan δ seperti di bawah)
e = daya pancar (sekitar 0,98 untuk daun pada suhu pertumbuhan)
δ = konstatnta Stefan-Boltzman
(5,670 x 10-8 W.m-2 K-4, atau 8,132 x 10-11 cal cm-2 min-1 K-4)
T = suhu mutlak dalam K (oC +273)
Jadi, karena suhu daun naik jika terkena cahaya matahari, energi radiasi yang dipancarkannya meningkat pula. Walaupun pada skala suhu Kelvin rentang suhu normal bagi tumbuhan (dari sekitar 173 K sampai 310 K) tidak terlalu besar, energi yang dipancarkan pada rentang ini beragam sekitar 50%, yang bias sangat berpengaruh. Bahkan bila tumbuhan disinari matahari dan mendapatkan pula radiasi infra- merah jauh dari lingkungannya (misalnya, dari atmosfer, awan pepohonan, batu karang, atau tanah), energi radiasi yang dipancarkan daunnya biasanya lebih dari 50% bagian yang diserap, dan dapat mencapai 80% atau lebih.
B) KONVEKSI
Secara umum,konveksi adalah proses tansport energi dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur.atau dengan kata lain, konveksi adalah proses di mana kalor ditransfer dengan pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat yang lain. Konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan atau gas. Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya di atas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap.
Pertama, panas akan mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel- partikel fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu dan energi dalam partikel-partikel fluida ini. Kemudian partikel-partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam fluida di mana mereka akan bercampur dengan , dan memindahkan sebagian energinya kepada, partikel-partikel fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun energi. Energi sebenarnya disimpan di dalam partikel-partikel fluida dan diangkut sebagai akibat gerakan massa partikel-partikel tersebut. Mekanisme ini untuk operasinya tidak tergantung hanya pada beda suhu dan oleh karena itu tidak secara tepat memenuhi definisi perpindahan panas. Tetapi hasil bersihynya adalah angkutan energi, dan karena terjadinya dalam arah gradien suhu, maka juga digolongkan sebagai suatu cara perpindahan panas dan ditunjuki dengan sebutan aliran panas dengan cara konveksi.
Panas (kalor) dirambat- konveksikan dari daun ke atmosfer dalam responnya terhadap perbedaan suhu antara daun dan atmosfer. Jika radiasi yang datang menyebabkan daun lebih panas, panas (kalor) akan berpindah dari daun ke atmosfer. Selisih suhu merupakan daya penggerak; semakin besar selisihnya, daya penggerak bagi konveksi semakin besar pula.
Dengan selisih suhu tertentu, laju perpindahan panas (kalor) secara konveksi berbanding terbalik dengan hambatan terhadap konveksi. Dengan perpindahan panas (kalor) secara konveksi, aliran panas (kalor) berbanding lurus dengan selisih suhu antara daun dan atmosfer, serta berbanding terbalik dengan hambatan terhadapa aliran panas (kalor) yang dihadapinya di atmosfer.
Besarnya hambatan terhadap perpindahan panas (kalor) secara konveksi dinyatakan oleh ketebalan lapisan batas (disebut juga lapisan tak- terkacaukan). Lapisan batas merupakan daerah perpindahan zalir (gas atau zat cair) yang bersinggungan dengan suatu benda (dalam hal ini daun); di situ suhu, kerapatan uap, atau kecepatan zalir dipengaruhi oleh benda tersebut (lihat gambar 4.15 di bawah)Pada selisih suhu tertentu antara daun dan udara di luar lapisan batas (daya penggerak tertentu), perpindahan panas (kalor) secara konveksi berlangsung lebih cepat bila lapisan batas itu tipis (gradien suhu tajam), dan lebih lambat bila lapisan tersebut lebih tebal (gradien kurang tajam).
Pada umumnya, terdapat pergerakan udara di sekitar daun: Semakin cepat pergerakan udara, lapisan batas semakin tipis. Lapisan batas paling tipis terdapat di bagian tepi daun terdepan ( tepi yang menghadap arah datangnya angina). Jika permukaan daun sejajar dengan arah pergerakan angina, lapisan batas menebal mulai dari tepi terdepan menuju ke tepi belakang daun. Dedaunan kecil, terutama daun jarum conifer, memiliki lapisan batas paling tipis dan paling terpengaruhi oleh konveksi. Dedaunan lebar, seperti daun palem kipas gurun pasir, mempunyai lapisan batas paling tebal.
Dapat dirangkumkan bahwa lapisan batas paling tipis dan mempunyai hambatan paling kecil untuk perpindahan panas (kalor) secara konveksi terjadi pada daun yang kecil, dan di situ kecepatan angin tinggi. Perpindahanpanas (kalor) secara konveksi paling efisien terjadi pada keadaan: dedaunan kecil mempunyai suhu lebih mendekati suhu udara daripada dedaunan yang lebar, khususnya bila ada angin.
C)TRANSPIRASI
Dalam beberapa hal, transpirasi mirip sekali dengan perpindahan panas (kalor) secara konveksi. Daya penggerak bagi transpirasi adalah gradien kerapatan uap air dari dalam daun ke atmosfer di luar lapisan batas. Hambatannya sebagian adalah hambatan lapisan batas. Sampai di sini, konveksi dan transpirasi sama, tapi terdapat hambatan tambahan yang lebih besar untuk transpirasi, yaitu stomata. JJka stomata tertutup atau hamper tertutup, hambatan sagat tinggi; jika terbuka, hambatan cukup rendah. Ada lagi hambatan lain selain pada daun selain hambatan stomata, tapi biasanya hamper konstan. Hambatan kutikula terhadap lalu lalangnya air bergantung pada kelembapan atmosfer, suhu, dan barangkali cahaya atu beberapa factor lain. Karena hambatan ini selalu cukup tinggi, maka jarang diperhitungkan. Hal yang penting untuk diingat ialah bahwa hambatan daun selalu ada artinya daun bukan semata- mata seperti sehelai kertas basah. Dan hambatan daun terhadap transpirasi dapat sangat beragam karena berbagi faktor lingkungan yang mempengaruhi bukan stomata.
Selain ketebalan lapisan batas, gradien kerapatan uap ditentukan oleh dua faktor, yakni kelembapan mutlak dan suhu daun. Biasanya, dianggap bahwa RH(Kelembapan Nisbi yaitu jumlah uap air di udara pada suhu tertentu dibandingkan dengan jumlah uap air yang dapat dipegang oleh udara pada suhu tersebut) di ruang bagian dalam daun mendekati 100%. Sebenarnya agak kurang, sebab pada kesetimbangan, potensial air atmosfer daun bagian dalam sama dengan potensial air di permukaan daun yang menguapkan air; biasanya besarnya -0,05 sampai -3,0 Mpa, karena dalam keadaan setimbang dengan potensial air jaringan. (jika kesetimbangan tidak tercapai, potensial air atmosfer daun akan lebih rendah). Walupun demikian, potensial air daun bagian dalam setara dengan RH kira- kira 98%. RH tinggi seperti itu jarang terjadi di atmosfer di luar lapisan batas; oleh karena itu, sekalipun daun berada pada suhu yang sama benar dengan atmosfer di luar lapisan batas, umumnya kerapatan uap di dalam daun lebih tinggi.
Gradien suhu dapat mempertajam gradien kerapatan uap, karena kerapatan uap(cara unutk menyatakan konsentrasi air dalam bentuk uap) maksimum udara sangat dipengaruhi oleh suhu (lihat gambar 3.8 di bawah ini ).
Udara hangat dapat membawa air lebih lebih banyak daripada udara dingin. Suatu pengujian memperlihatkan bahwa suhu udara 20°C dan kelembapan atmosfer 10% menimbulkan selisih kerapata uap sebesar kira- kira 9,8 gm-3 antara daun dan udara, jika berada dalam suhu yang sama dan jika atmosfer di dalam daun mendekati Rh 100%. (Pada 20° C, tekanan uap jenuh sebesar 10,9 gm-3, dan 10%nya adalah 1,1gm-3). Namun, jika daun berada pada 30°C dan kelembapan atmosfer sebesar 90% (pada 20°C), masih ada selisih kerapatan uap sebesar 10,5 gm-3. Pada 30°C, kerapata uap sebesar 20,3 gm-3; 90% dari 10,9 gm-3 adalh 9,8 gm-3, yang bila dikurangkan dari 20,3 gm-3 menghasilkan gradien sebesar 10,5 gm-3). Jadi, jika daun lebih panas daripada udara (kejadian yang lazim bila ada sinar matahari), Transpirasi ke atmosfer dengan RH 100% bisa saja terjadi. Karena uap menuju luar lapisan batas, uap tersebut akan mengembun membentuk tetesan kecil- kecil seperti kabut, mirip dengan keadaan hutan yang mendapat sinar matahari setelah hujan lebat. Tapi, kejadian ini tidak berakibat apa- apa pada tumbuhan yang telah kehilangan air.Ingatlah bahwa biasanya sumber energi (daya penggerak) bagi transpirasi adalah radiasi yang diterima.Transpirasi memberikan manfaat yaitu sambil mengangkut mineral, memprthankan turgiditas optimum, dan tentu saja menghilangkan sejumlah besar panas (kalor) dari daun.
Tabel 4.1 Gradien kerapatan uap antara daun dan atmosfer ketika suhu daun dan suhu udara sama atau berbeda, dan ketika kelembapan atmosfer berlainan.
Keadaan
Daun
Udara di luar lapisan batas
Selisih
Suhu
Kelembapan
nisbi
Kerapatan uap
20°C
Hampir 100%
10,9 gm-3
20°C
10%
1,1 gm-3
Nol
Hampir 90%
9,8 gm-3
Suhu
Kelembapan
nisbi
Kerapatan uap
30°C
Hampir 100%
20,3 gm-3
20°C
90%
9,8 gm-3
10°C
Hampir 10%
10,5 gm-3















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan antara lain:
3.1.1 Mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun yaitu radisai, konveksi, dan transpirasi.
3.1.2 Pada mekanisme radiasi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun, radiasi netolah yang penting. Jika daun menyerap energi radiasi yang lebih banyak daripada yang dipancarkannya, maka kelebihannya harus dibuang dengan cara konveksi atau transpirasi, atau melalui keduia cara tersebut (bila tidak suhu akan naik).
3.1.3 Ada tiga hal yang penting yang perlu diperhatikan pada radiasi neto dari sehelai daun yaitu panjang gelombang yang diserap, seluruh spektrum radiasi yang datang, dan jumlah energi yang dipancarkan oleh daun.
3.1.4 Dapat dirangkumkan bahwa lapisan batas paling tipis dan mempunyai hambatan paling kecil untuk perpindahan panas (kalor) secara konveksi terjadi pada daun yang kecil dan di situ terdapat kecepatan angin tinggi. Perpindahan panas (kalor) secara konveksi paling efisien terjadi di sini. Maka, dedaunan kecil mempunyai suhu lebih mendekati suhu udara daripada dedaunan yang lebar, khususnya bila terdapat angin.
3.1.5 Konveksi dan transpirasi hampir sama,hanya saja terdapat hambatan tambahan yang lebih besar untuk transpirasi, yaitu stomata.
3.2 Saran- saran
Adapun saran-saran yang penulis dapat berikan yaitu:
 3.2.1 Diharapkan pembaca dapat memahami makalah ini sehingga dapat menambah wawasan yang berkaitan dengan fisiologi tumbuhan dan perpindahan panas.
3.2.2 Penulis mengharapkan masukan dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Frank,Kreith.1991.PRINSIP-PRINSIP PERPINDAHAN PANAS EDISI KETIGA.Jakarta:Erlangga.
Salisbury,Frank B. dan Ross Cleon W.1995.FISIOLOGI TUMBUHAN JILID 1.Bandung:ITB.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar